SEBATANG KARA DI GUBUK REYOT, KISAH HIDUP KAKEK 68 TAHUN INI BIKIN NYESEK - Egoswot

SEBATANG KARA DI GUBUK REYOT, KISAH HIDUP KAKEK 68 TAHUN INI BIKIN NYESEK

Sahabat Egoswot yang yang budiman dimanapun anda berada, hari ini Egoswot akan memberikan informasi untuk anda semuanya pembaca setia dengan judul SEBATANG KARA DI GUBUK REYOT, KISAH HIDUP KAKEK 68 TAHUN INI BIKIN NYESEK yang sedang viral dan di perbincangkan oleh banyak kalangan. Semoga informasi yang kami sajikan mengenai Tema Berita, dapat menjadikan kita semua manusia yang berilmu dan barokah bagi semuanya.

Selamat malam dan salam sejahtera untuk kita semua rekan rekan Guru di seluruh tanah air Indonesia,  berikut operatorguru.com  akan membagikan informasi mengenai Kisah Hidup Kakek 68 Tahun Sebatang Kara di Gubuk Reyot,   silahkan simak informasi selengkapnya.



Borahima (68), kakek yang hidup sebatang kara di Dusun Garassi, Desa Nepo, Kecamatan Wonomulyo Polewali Mandar, Sulawesi Barat, ini tinggal di gubuk reyot seluas 4 meter persegi.

Di gubuk tua dari tumpukan pelepah kelapa beratapkan potongan seng bekas inilah Borahima menjalani hari-harinya seorang diri.

Sejak belasan tahun yang lalu, pria ini memang sudah ditinggal meninggal oleh istrinya. Sementara anak tunggalnya juga sudah menikah dan memilih hidup bersama keluarganya di tempat lain.

Borahima hampir setiap hari menambal gubuknya agar tidak bocor dan kemasukan air saat hujan. Dia menambalnya dengan menggunakan plastik bekas atau potongan seng bekas.

Pria tua ini sudah belasan tahun hidup sebatangkara di Dusun Garassi, Desa Nepo, Kecamatan Wonomulyo Polewlai Mandar, Sulawesi Barat. Untuk membeli nasi Borahima mencari kelapa yang jatuh di kebun warga untuk kemudian dijualnya.

Dalam sepekan, dia kerap mendapatkan 10 buah kelapa kering yang kemudian dijual seharga Rp 5.000 atau Rp 500/buah.

Hasil penjualan kelapa itulah yang kerap dikumpulkan Borahima untuk membeli sembako, demi menyambung hidupnya yang sudah tak muda lagi.

“Saya biasa cari kelapa yang jatuh di pinggir pantai atau di kebun warga. Seminggu biasa saya dapat Rp 5.000,” ungkap Borahima, mengutip Kompas.com.

Jika ia tak kunjung menemukan buah kelapa yang jatuh di kebun warga, Borahima pun terpaksa puasa tanpa tahu kapan akan berbuka.

Dulu, ketika usia Borahima masih produktif, dia pernah menjadi seorang nelayan sebagai mata pencahariannya. Namun seiring melemahnya kondisi fisik, dan sering sakit-sakitan, dia hanya mengandalkan buah kelapa yang jatuh di kebun milik warga untuk ditukar dengan beras.

Meski setiap harinya dirundung lelah, letih, namun Borahima menyadari kondisi hidupnya, ia tak ingin berkeluh kesah kepada siapa pun.

“Begini rumahnya. Kalau ada yang bocor saya tambal lagi agar tidak kehujanan,” ungkap Borahima sambil terus memperbaiki atap-atap rumahnya yang lapuk.



Demikian informasi yang operatorguru.com bagikan ke rekan rekan Guru , mengenai  Kisah Hidup Kakek 68 Tahun Sebatang Kara di Gubuk Reyot, semoga ada manfaatnya , silahkan simak juga informasi terbaru dan menarik lainya di bawah ini 



Sekian untuk artikel SEBATANG KARA DI GUBUK REYOT, KISAH HIDUP KAKEK 68 TAHUN INI BIKIN NYESEK kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk kita semua. Sampai jumpa di postingan artikel Egoswot lainnya.

Anda sekarang membaca artikel SEBATANG KARA DI GUBUK REYOT, KISAH HIDUP KAKEK 68 TAHUN INI BIKIN NYESEK dengan alamat link https://egoswot.blogspot.com/2018/02/sebatang-kara-di-gubuk-reyot-kisah.html

Subscribe to receive free email updates:

AdBlock Detected!

Suka dengan blog ini? Silahkan matikan ad blocker browser anda.

Like this blog? Keep us running by whitelisting this blog in your ad blocker.

Thank you!

×